Hi pembaca. Its been ages, since aku ga update blog. Some of my
friend really encourage me to write again, and I strongly wish kalian
masih mau baca tulisan2 di blog ini. Just wish to share a bit of story
about life thats really touching:
Berasnya adalah beras ketan, kualinya adalah kuali tanah liat, apinya
berasal dari batu bara. Tiap hari subuh jam 4.30, pria ini menyulut
api. Dalam kuali diisi air, untuk merendam beras yang telah dicuci.
Menunggu air mendidih, beras dimasukkan. Menggunakan api besar memasak
selama 10 menit. Setelah itu dirubah menjadi api kecil untuk direbus.
Pria itu di pinggirkompor sedang membungkuk, menggunakan gayung
mengaduk-aduk dengan perlahan-lahan.
Setengah jam kemudian, pria tersebut dengan satu tangan membawa
semangkuk bubur putih panas yang masih mengepulkan asapnya, tangan yang
lain membawa sepiring sayur asin yang telah disiram dengan minyak wijen.
Masuk ke dalam kamar tidur, memanggil istrinya untuk bangun.
Wanita itu membalikkan badan, mulutnya menggumamkan sesuatu dan tidur
lagi. Pria itu mendengarkan suara dengkur istrinya yang sedang lelap.
Dia tidak tega untuk memanggil lagi. Duduk dipinggir ranjang, mengawasi
arloji dan melihat ke wajah istrinya , lalu melihat lagi ke arloji.
Wanita itu mendadak meloncat keluar dari ranjang. Melihat arloji,
tergesa-gesa mengenakan pakaian dan turun dari ranjang, sambil berkata
?Sudah terlambat, mengapa tidak membangunkan saya?? Suaminya menyajikan
bubur putih dan sayur asinnya sambil berkata,?Jangan cemas, masih ada
waktu, makanlah buburnya dulu.?
Buburnya adalah bubur putih polos, tanpa ada tambahan daging ayam
atau pun telur ayam. Bubur semacam ini, menjadi sarapan pagi istrinya
selama 5 tahun.Ketika pria dan wanita ini menikah, tidak ada uang untuk
pesta perkawinan, kedua insan ini hanya meletakkan tikar mereka
masing-masing menjadi satu. Beginilah sudah jadi sekeluarga. Pada saat
malam pengantin, pria ini membawakan semangkuk bubur polos. Buburnya
putih bersih, di bawah sinar lampu memancarkan cahaya yang berkilau.
Pria itu berkata Lambungmu tidak baik, banyak makan bubur dapat menjaga
maag.? Dimakanlah bubur itu oleh istri-nya. Aroma sedap khas bubur,
tidak hanya membuat lambungnya hangat, namun juga hatinya. Mereka
sama-sama bekerja di satu pabrik. Si wanita sepanjang tahun bekerja di
pagi hari, yang pria sepanjang tahun bekerja pada malam hari. Setiap jam
empat subuh sang suami pulang dari kerja. Sedang istrinya masuk jam
setengah enam pagi.
Waktu mereka untuk bersama pendek sekali hanya sekitar 1,5 jam.
Pulang dari kerja, hal pertama yang dikerjakan oleh si pria adalah
menyulut api, mengisi kuali. Pria ini hanya bisa memasak bubur polos.
Namun semangkuk bubur polos ini, ternyata telah memberi gizi kepada si
wanita hingga air mukanya merah, cantik bagaikan bunga..
Suatu hari, pabrik mengalami kerugian dan si pria terkena PHK. Akan
tetapi bagi mereka kehidupan ini masih harus dilanjutkan. Pria ini
mengeluarkan uang tabungannya yang sangat sedikit sedangkan istrinya
menjual cincin emas warisan ibunya. Mengumpulkan uang membuka satu toko
kelontong. Satu mangkuk, satu buah sapu, satu teko air. Keuntungannya
tidaklah banyak. Tetapi si pria ini mengerjakan dengan sepenuh hati.
Setelah si wanita pulang dari kantor, juga membantu mengurusi toko.
Ketika tidak ada pembeli, pria dan wanita ini duduk diantara setumpuk
mangkuk, kuali, gayung serta ember, dengan bahagia mereka berandai-andai
tentang masa depan.
Si pria berkata:?Setelah ada duit, toko cabang akan saya buka
dimana-mana. ? Istrinya menyahut,? Waktu itu saya juga tidak perlu kerja
lagi, setiap hari di rumah membuat beraneka ragam makanan untukmu.?
Pria itu berkata,?Mana perlu dirimu memasak, ingin makan apa, kita
langsung pergi ke restoran saja.? Dengan manja istrinya bilang,?Tidak,
saya selalu ingin makan masakan bubur polosmu?? Pria ini langsung
merangkul pundak si wanita, matanya agak membasah..
Pria ini masih saja setiap hari bangun dari tidur tepat pukul 4.30
subuh, menyulut api memasak bubur. Sambil memasak, memikirkan dalam toko
sedang kekurangan barang apa. Kadang kala konsentrasinya terpecah.
Buburnya hangus di dasar kuali, kadang pula jika ia terlalu lelah dan
mengantuk, buburnya meluber keluar dari kuali. Suatu hari istrinya
bangun pagi hari. Bubur di atas kompor sedang mendidih mengeluarkan buih
ombak. Sedangkan suaminya tidur terlelap dengan kepala di topangkan di
atas lutut. Dengan perlahan dan hati-hati si istri memeluk kepala
suaminya, hatinya merasa sakit bagaikan ditarik-tarik.
Sejak saat itu, wanita ini menolak dengan tegas jika suaminya ingin
memasakkan bubur untuk dirinya. Karena ia melihat si suami sungguh
terlalu lelah.
Perdagangan si pria kian hari kian lancar, sampai pada tahun ke
tujuh, supermarket cabangnya sungguh telah buka dimana-mana. Si wanita
sudah mengundurkan diri dari pekerjaannya dan menjadi ibu rumah tangga
sepenuhnya. Mereka telah membeli sebuah rumah besar, dapurnya dilengkapi
dengan sangat indah dan unik, yang kurang hanya bau asap api. Karena
waktu untuk pulang makan si pria ini, semakin lama semakin sedikit. Dia
selalu sibuk, terlalu banyak jamuan makan malam, kadang dalam satu malam
ia harus menghadiri empat jamuan makan malam.. Mula-mula wanita ini
menggerutu, tapi si pria bilang,?Bukankah semua ini demi keluarga?
Bukankah semua ini agar kamu bisa hidup lebih nyaman?? Akhir-nya si
wanita capai sendiri, lambat laun juga sudah terbiasa.
Wanita ini sudah sangat lama sekali tidak pernah makan bubur polos.
Suatu hari, mendadak pria ini diberitahu agar menghadiri pemakaman
dari seorang temannya. Dia heran, mengapa beberapa hari lalu temannya
ini masih baik-baik saja, hari ini orangnya telah tiada? Di dalam rumah
duka, dia melihat istri temannya ini. Yang dulunya sangat cantik dan
anggun, dalam semalam menjadi pucat, lesu dan tua. Dia menangis
tersedu-sedu. Dalam mulutnya menggumamkan kata-kata:?Siapa yang
akanmengantarku kerja dan menjemputku pulang kerja? Siapa yang akan
menalikan sepatu untukku ??
Si pria itu merasa sesak nafasnya, terpikirkan akan istrinya. Sekilas
terkenang kebiasaannya dulu di pagi hari, memasakkan bubur untuk
istrinya, terpikir juga olehnya ketika istrinya menerima semangkuk bubur
polos itu, matanya memancarkan sinar kebahagiaan dan kepuasan.
Si pria ini bergegas pulang ke rumah. Membuka pintu, melihat istrinya
yang sedang meringkuk tidur di atas sofa. Televisi masih menyala, home
theater juga masih menyala. Di atas meja ruang tamu berserakan penuh
dengan berbagai jenis majalah mode. Pria ini berlutut di depan sofa,
tangannya dengan perlahan membelai rambut wanita ini. Air muka wanita
ini suram, di dalam kerutan-kerutan halus, wajahnya telah tertulis penuh
kehampaan.
Dia mengambil selimut untuk menyelimuti wanita ini. Mendadak wanita
ini terjaga dari tidurnya. Melihat si pria, wanita ini mengusap-usap
matanya. Setelah memastikan itu adalah suaminya, raut wajahnya segera
memerah. Wanita ini bergegas untuk berdiri. ?Kamu mungkin belum makan,
akan saya buatkan?.?Si pria tiba-tiba memeluknya dari belakang,?Tidak,
biarkan saya yang memasakkanmu bubur polos.? Hampir setengah hari wanita
ini tidak mengeluarkan sepatah kata. Ada tetesan air mata hangat, yang
menetes di tangan suaminya.
Hari itu, si pria sambil memasak bubur, dia berpikir,?Sebenarny
beraneka macam variasi produk bubur, tidak bisa me-ninggalkan bubur
polos sebagai dasarnya. Dan segala kebahagiaan yang ada hanyalah di
dasari oleh bubur polos, selain itu hanyalah sebagai penyedap.?
sumber
Semangkuk Bubur Polos
.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment